Usaha warung kaki lima
banyak di jumpai dimana-mana, biasanya bisa ditemui di mulut-mulut gang, di
pinggir perkantoran atau di pojok-pojok pasar atau terminal, menyediakan
beraneka kebutuhan barang-barang kecil & beraneka camilan. Usaha kecil yang
flexible tidak membutuhkan ruang, modal dan sumberdaya yang besar, menjadi
kelebihannya. Omset perbulan yang
lumayan banyak menjadi godaan bagi para pendatang dari daerah yang bermodal
pas-pasan untuk mengadu nasib di kota.
Mungkin kita sering
bertanya, bagaimana menghitung untung usaha seperti warung kaki lima tersebut.
Jumlah barang yang beragam dan perputaran yang cukup cepat, tentu sulit
menghitung untung hanya mengandalkan ingatan dan coretan-coretan semata.
Dengan sistem akunting yang
sederhana, kita bisa menghitung untung/laba secara tepat. Waktu dan tenaga
seminimum mungkin menjadi hal yang pokok dalam penerapan sistem sederhana ini.
Pendokumentasian menjadi kunci pokok awal dalam sistem ini, karena usaha dagang
ini memiliki banyak jenis barang dengan harga yang berbeda maka pengawasan persediaan
menjadi kunci pokok berikutnya, salah dalam menilai persediaan maka Laba
menjadi tidak relevan.
Laba adalah hasil sisa
usaha, Laba secara sederhana dibagi dua : Laba Kotor & Laba Bersih. Laba
Kotor adalah Penjualan dikurang Harga Pokok Penjualan, Laba Bersih adalah Laba
Kotor dikurang Biaya Usaha. Biaya usaha adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk menjamin kelangsungan hidup usaha, seperti biaya listrik, biaya telepon,
biaya retribusi, biaya parkir, biaya sewa, biaya transportasi dll. Penjualan
adalah semua penerimaan usaha dari usaha pokok seperti penjualan barang
dagangan. Harga Pokok Persediaan
adalah harga beli (harga perolehan) barang dagangan yang siap dijual. harga beli tersebut adalah harga beli dasar dikurang
discount ditambah biaya pengepakan, ongkos kirim dan biaya lain yang melekat
pada barang tersebut sampai barang tersebut sampai di tempat dan siap dijual. Harga Pokok Penjualan adalah harga pokok
persediaan yang terjual.
Untuk menghitung laba maka
diperlukan pembagian waktu tutup buku (waktu menghitung untung/laba) misalnya
setiap sebulan sekali, tiga bulan sekali atau enam bulan sekali dan dilakukan
secara konsisten. Waktu tutup buku ini diperlukan agar waktu yang dicurahkan
untuk pendokumentasian tidak berlarut-larut yang akhirnya menyita tempat,
selain itu untuk menjaga kelengkapan dan keakuran data. Setelah waktu tutup
buku disepakati baru kemudian ke langkah pendokumentasian dan perhitungan laba.
Langkah-langkahnya terbagi tiga,
Langkah Inventarisir, Langkah Pendokumentasian (Langkah Harian) dan Langkah
Tutup Buku (Langkah Periodical).
Langkah
Inventarisir sebagai berikut :
- Langkah paling awal adalah Inventarisir barang yang ada saat awal dimulainya sistem ini, misalnya waktu tutup buku ditetapkan 3 bulan dari 1 januari s/d 31 maret 2013, maka lakukan penghitungan fisik barang dagangan pada pagi hari sebelum warung buka pada tanggal 1 januari 2013 atau pada tanggal 31 desember 2012 saat warung tutup.
- Menutup usaha saat penghitungan fisik akan lebih baik untuk mendapatkan perhitungan yang akurat, dan bisa dibuka kembali saat penghitungan selesai.
- Buat catatan dalam selembar kertas beri judul ‘Saldo Awal Barang Dagangan 1 Januari 2013’, buat kolom-kolom bergaris pada kertas tersebut berisi, No, Nama Barang, Jumlah Unit, Harga satuan dan Jumlah Rupiah.
- Harga satuan penghitungan fisik bisa didapat dari bon-bon pembelian yang ada (sebelum waktu penghitungan fisik) dan dibuat rata-rata per barang, jika memang tidak dilengkapi bon maka gunakan harga beli yang wajar (umum) pada saat dilakukan penghitungan fisik. Contoh penghitungan untuk harga satuan yang diisikan bisa dilihat pada ‘Langkah Periodical – No. 1 & 2”.
- Semua pembelian harus disertai bukti (bon), yang di dalamnya berisi rincian tanggal, nama toko penjual, nama barang, jumlah unit, harga satuan dan jumlah pembelian. Untuk pembelian tanpa bon bisa dibuat dalam secarik kertas kecil berisi rincian spt diatas.
- Bon-bon pembelian di simpan dalam tempat khusus dan diusahakan bon ditumpuk sesuai tanggal pembelian. Bon-bon yang sudah tidak terpakai karena telah tutup buku bisa disingkirkan dalam tempat tersendiri.
- Pembelian yang dilengkapi bon dilakukan konsisten dimulai pada awal periode tutup buku, misalnya untuk tutup buku 3 bulan dari januari s/d maret 2013, maka pembelian disertai bon dimulai tanggal 1 januari.
- Semua penjualan dicatat dalam buku khusus penjualan, di dalamnya berisi tanggal, nama barang, jumlah barang yang dijual, harga satuan dan jumlah rupiah penjualan per barang. Pencatatan dilakukan setiap terjadi transaksi penjualan untuk mencegah kealpaan, namun dalam kondisi tertentu untuk menyingkat waktu bisa dilakukan pada selembar kertas coretan singkat sementara, bisa berbentuk kode-kode tertentu untuk jenis barang tertentu juga kode tertentu untuk harga tertentu.
- Pencatatan penjualan dimulai saat awal waktu tutup buku, misalnya untuk tutup buku 3 bulan dari januari s/d maret 2013, maka pencatatan dimulai tanggal 1 januari s/d 31 maret 2013. Untuk usaha yang telah berjalan, penjualan sebelum tanggal 1 januari 2013 tidak berlaku.
Langkah Tutup Buku ( Langkah Periodical) sebagai berikut :
- Kumpulkan semua bon pembelian dan kertas berjudul ‘Saldo Awal Barang Dagangan 1 Januari 2013’
- Buat perhitungan Harga Pokok Persediaan per nama barang dalam selembar kertas, kemudian pada kertas tersebut buatkan kolom-kolom nomor urut, tanggal, nama barang, harga satuan jumlah unit dan total harga. Isikan kolom tersebut berdasar nama barang yang dibeli selama periode (misalnya dari januari s/d maret 2013) dan saldo awal barang dagangan secara urut tanggal, lalu jumlahkan jumlah unit & Rupiah masing-masing nama barang.
Misalkan
terdapat data-data untuk barang Rokok Asyek :
- Saldo
awal 1 januari 2013 . . . . . .12 unit @
Rp. 10.000 = Rp. 120.000
- Pembelian
tgl 5 februari 2013 . . . . 7 unit @ Rp. 9.500 = Rp.
66.500
- Pembelian
tgl 24 Maret 2013 . . . .15 unit @ Rp.
11.000 = Rp. 165.000
Maka
perhitungan harga pokok per nama barang
untuk Rokok Asyek sebagai berikut :
No. Tanggal Nama Barang Jml
Unit Hrg Satuan Jumlah (Rp.)
1
1 Jan 2013 Rokok Asyek 12 10.000 120.000
2
5 Feb 2013 Rokok Asyek
7 9.500 66.500
3 24 Mar 2013 Rokok Asyek 15 11.000 165.000
Jumlah total . . . . . . . . . . . .
. . . 34 351.500
- Hitung harga pokok persediaan perunitnya dengan cara membagi jumlah total Rupiah dengan jumlah total unit yang dibeli per nama barang. Dari contoh diatas harga pokok perunit untuk Rokok Asyek adalah Rp. 351.500 : 34 = Rp. 10.338.
- Hitung harga pokok persediaan per unit barang untuk seluruh barang yang dibeli selama 3 bulan menurut nama barang seperti contoh di atas.
- Kumpulkan catatan penjualan selama januari s/d maret. Buat perhitungan harga pokok penjualan dalam secarik kertas, kemudian pada kertas tersebut buatkan kolom-kolom nomor urut, tanggal, nama barang, jumlah unit, harga satuan dan total harga. Isikan kolom tersebut berdasar nama barang (sama spt membuat perhitungan harga beli).
Terdapat
2 penjualan selama 3 bulan untuk
rokok asyek dengan perincian :
No. Tanggal Nama Barang Jml
Unit Hrg Satuan Jumlah (Rp.)
1 20 Jan 2013 Rokok Asyek
10 15.000 150.000
2 27 Mar 2013 Rokok Asyek 11 15.000 165.000
Jumlah Total . . . . . . . . . . . .
. 21 315.000
- Hitung harga pokok penjualan per nama barang. Dari contoh diatas terdapat penjualan rokok asyek sebanyak 21 unit dengan jumlah penjualannya Rp. 315.000, maka Harga Pokok Penjualannya adalah jumlah unit yang terjual dikalikan dengan harga pokok persediaan per unit barang atau 21 x Rp. 10.388 = Rp. 218.148.
- Hitung Harga Pokok Penjualan untuk semua barang. Dari perhitungan nomor 6 buat untuk semua barang lalu jumlahkan, maka akan diperoleh Harga Pokok Penjualan untuk periode tersebut.
- Hitung Laba Kotornya, Laba Kotor = Penjualan – Harga Pokok Penjualan, Untuk rokok asyek Penjualannya adalah Rp. 315.000 dan Harga Pokok Penjualannya Rp. 218.148, Maka Laba Kotor Rokok Asyek adalah Rp. 315.000 – Rp. 218.148 = Rp. 96.852.
- Buatlah Laba kotor untuk semua barang seperti contoh diatas, lalu jumlahkan maka akan diperoleh Laba Kotor selama januari s/d maret 2013.
- Untuk menghitung Laba Bersihnya maka kumpulkan semua biaya selain pembelian barang dagangan selama 3 bulan lalu jumlahkan. Laba bersih = Laba Kotor – Biaya Usaha, maka Laba Kotor dikurang biaya usaha hasilnya adalah Laba Bersih.
Ke-tiga Langkah-langkah
diatas bisa diterapkan berulang-ulang pada periode tutup buku berikutnya
misalnya dari 1 April s/d 30 Juni 2013 dst. Untuk menghemat waktu, langkah
inventarisir (penghitungan fisik) bisa dilakukan 1 tahun sekali atau enam bulan
sekali, sementara untuk Langkah Harian & Periodical dilakukan
terus-menerus.
Untuk Langkah periodical
pada periode berikutnya, tentu membutuhkan Saldo awal barang dagangan atau
saldo akhir periode sebelumnya. Saldo awal bisa diperoleh dari perhitungan : (misalnya spt contoh diatas) Rokok Asyek sbb :
Saldo Awal : 12
unit
Pembelian :
22 unit
Jumlah tersedia untuk
dijual : 34 unit
Penjualan :( 21
unit)
Saldo Akhir : 11
unit
Maka jumlah saldo akhir rokok
asyek periode pertama (31 maret 2013) adalah 11 unit, jumlah tersebut merupakan
saldo awal periode berikutnya. Saldo awal rokok asyek periode berikutnya adalah
11 unit x Rp. 10.388 = Rp. 114.268
Demikianlah sekilas sistem sederhana menghitung laba
kotor usaha warung kaki lima, tehnik ini bisa juga diterapkan untuk usaha
dagang lain dengan skala yang sama.
Semoga berguna.